Dengan berakhirnya masa perkuliahan semester ganjil, maka setiap universitas melaksanakan ujian akhir semester (UAS) selama dua minggu ini. Ujian diadakan untuk mengetahui hasil dari kegiatan belajar dan mengajar selama perkuliahan, dari ujian tersebut dapat terlihat bagaimana kemampuan mahasiswa dalam menyerap materi yang disampaikan dosen serta kemampuan mereka dalam memecahkan suatu masalah. Tidak jarang, tinggi rendahnya hasil dari ujian merupakan cerminan dari tinggi rendahnya kepintaran seorang mahasiswa, sehingga banyak mahasiswa yang melakukan banyak hal untuk mendapatkan nilai ujian setinggi-tingginya bahkan melakukan kecurangan karena enggan dianggap bodoh.
Kecurangan yang paling sering dilakukan mahasiswa adalah mencontek. Mencontek merupakan usaha untuk menjawab soal dengan bantuan-bantuan yang tidak diperbolehkan, hal tersebut sangat akrab dengan mahasiswa. Hampir setiap mahasiswa setidaknya pernah mencontek dengan frekuensi kadang-kadang dan jarang. Berdasarkan salah satu survei yang dilakukan oleh akademik Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2009 tentang kecurangan mahasiswa, diperoleh 58 persen responden survei pernah melakukannya di bangku SD, 78 persen di SMP, 80 persen di SMA, dan 37 persen setelah memasuki perguruan tinggi.
“Terpaksa mencontek karena tidak paham dengan materi yang disampaikan dosen,” ujar Widya mahasiswa Fakultas Kesehatan Universitas Esa Unggul saat ditanya alasannya menyontek. Seringkali masalah proses belajar mengajar di kelas dikeluhkan oleh mahasiswa, mulai dari metode pengajaran yang membosankan sampai penjelasan materi oleh dosen yang membingungkan.
Kreativitas mahasiswa untuk mencontek memang tidak dapat diragukan lagi. Banyak cara dilakukan mahasiswa untuk mencontek dengan menyiapkan media atau sarana yang memudahkannya menjawab soal-soal ujian. Mulai dengan menggunakan handphone, menyiapkan catatan kecil yang bisa dibuka kapan saja di ruang ujian, bertanya kepada teman ujian serta melihat jawaban teman. “ngintip disamping saya, kadang-kadang nanya teman disebelah” papar wanita bermata hitam ini. “Mahasiswa saat ini sangat hebat dalam mencontek” tambah dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN, Ade Rina menanggapi kebiasaan mahasiswa mencontek.
Tingginya tingkat mencontek di kalangan mahasiswa serta bermacam-macam cara mahasiswa untuk mencontek menimbulkan suatu keprihatinan. Kebiasaan mencontek dikalangan mahasiswa bisa berdampak buruk bagi perkembangan karakter mahasiswa. Ade menyatakan kebiasaan mahasiswa mencontek bisa mempengaruhi pada karakter mahasiswa kedepannya. “Hal ini berpengaruh pada pembentukan karakter mahasiswa selanjutnya dimulai dari hal-hal kecil, mungkin hal ini dianggap sepele dari ia menjawab soal ujian tapi itu akan berpengaruh pada karakter mahasiswa kedepan,” ujarnya menjelaskan.
Usaha untuk mendapatkan nilai yang tinggi dengan mencontek, ternyata tidak membuat bangga dengan hasil yang diperoleh walaupun nilainya bagus. Widya mengatakan bahwa tidak merasa puas atau bangga dengan hasil yang diperolehnya dengan cara mencontek walaupun nilainya bagus.
Ketika disinggung apakah ada keinginan untuk berhenti mencontek, mahasiswi yang berambut ikal ini menyatakan ingin berhenti karena sadar bahwa mencontek merupakan perbuatan yang tidak baik. “pengen berhenti nyontek, mau mengerjakan sendiri karena trauma pernah ketahuan menyontek”, jelasnya.
saya juga nyesel mencontek, gan
BalasHapus