Jumat, 14 Januari 2011

Pak Midun: Wong Deso Yang Sukses di Kota


           

Pak Midun (40 tahun), yang saat ini sudah mempunyai rumah makan bakso Midun, bisa menjadi contoh wirausahawan yang memulai bisnisnya dari nol. Midun mengawali usahanya sebagai pedagang bakso keliling. Usaha ini sudah ia tekuni sejak sepuluh tahun yang lalu. Datang dari sebuah desa di Pekalongan, Jawa Tengah, Midun hanya ingin mengadu nasib di Jakarta berharap ia mendapatkan kesuksesan di metropolitan ini.
            Dengan hanya bermodalkan ijazah SD ia memberanikan diri mengadu nasib di ibukota. Ia memulai usahanya dengan berdagang bakso berkeliling dari rumah ke rumah. Dibawah teriknya matahari dia tak patah arang untuk mendorong gerobaknya mencari pembeli. Sampai akhirnya banyak pembeli yang berbondong-bondong membeli baksonya.
Pria berambut cepak ini biasa berjualan di depan Bank BCA Kemandoran, Jakarta Barat. Dibantu istrinya, Nurhayati (35 tahun) dengan menggunakan gerobak yang diparkir didepan Bank BCA, bakso pak midun mulai ramai dikunjungi bukan Cuma pegawai bank, tapi juga pegawai kantoran lainnya dan pemakai jalan. Tidak diduga, hasil jualan baksonya ternyata laris manis. Sejak saat itu ia mulai giat serta bersemangat berjualan bakso.
Setelah mengalami masa-masa susah dan senang berjualan bakso serta pengalamannya berjualan bakso berkeliling, terpikir dalam hati pak midun berjualan sendiri. Karena, bila dihitung-hitung berjualan bakso sendiri sangat menguntungkan. Namun, sekali lagi semuanya terbentur modal. Waktu itu ia belum mempunyai modal cukup untuk membuka usaha berjualan bakso sendiri. Akhirnya, bermodalkan tabungannya dari hasil berkeliling menjual bakso ia memberanikan diri membangun warung bakso. “Mulailah sejak saat itu saya berjualan bakso sendiri mas,” ujarnya.
Seperti halnya usaha-usaha lainnya, pada hari-hari pertama diwarnai ketidak menentuan, hari ini ramai, hari berikutnya sepi. Menghadapi kondisi seperti ini, bukan menyurutkan niat Pak Midun tapi malah membuatnya bersemangat untuk berjual agar bagaimana baksonya dipandang enak dimata pembeli.
Kerja keras dan keuletannya membuahkan hasil. Warungnya baksonya setiap harinya dibanjiri pelanggan. Pelanggan biasanya ramai-ramai berdatangan pada Sabtu dan Minggu dimana mereka bisa menikmati kelezatan bakso Midun disela hari liburnya.
Warung bakso yang dibangunnya dengan susah payah ini dinamai dengan warung bakso Midun, sesuai dengan nama dirinya. Warung bakso Midun berada di Jalan EE, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Dengan menu andalan bakso midun, warung bakso ini buka dari pukul 10.00 WIB - pukul 22.00 WIB. Sampai saat ini dengan membuka warung bakso sendiri Pak Midun bisa memperoleh keuntungan tiga juta perbulannya.
Midun begitu sering disapa, mempunyai tiga orang anak hasil buah cintanya dengan istrinya, Nurhayati. Eka, Livia, dan Silvi mereka lah yang memotivasi Pak Midun bekerja dari pagi hingga malam demi membiayai hidup mereka. Apalagi kedua anaknya masih bersekolah. Eva duduk dibangku kelas 3 SMP sedangkan adiknya Livia baru kelas 4 SD. Pak Midun mengatakan, ia berharap sekali suatu hari kelak anaknya menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. Ia mempunyai cita-cita bisa membiayai sekolah anaknya sampai jenjang perguruan tinggi. “Saya ingin bisa biayaian anak-anak sekolah yang tinggi kalau bisa masuk perguruan tinggi negeri,” kata pria setengah baya ini.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar